Wednesday, October 21, 2009

• Saat kami angkat tangan, Tuhan turun tangan •

Kami mencapai titik terendah dalam awal kehidupan pernikahan kami...
Tidak bekerja, tidak berpenghasilan, tidak punya uang, tapi banyak hutang credit card. Ibarat pepatah, lebih besar pasak daripada tiang. Ya! Bukan hanya lebih besar pasak daripada tiang, tapi besarnya pasak namun tanpa tiang.
Memang, kami senang, tapi kami tidak bahagia. Hari ini kami tertawa, mungkin besok tawa itu hilang. Saat mendapat barang kami tertawa, tapi saat tagihan credit card datang, tawa kami sirna.
Sungguh tipis perbedaan antara kebahagiaan dan kesenangan, tapi mereka berujung pada jalan yang tidak akan pernah bertemu.
Sampai pada suatu waktu, jiwa kami sungguh sudah lelah, akhirnya roh kami masih memegang kendali. Menjerit, meronta, sampai akhirnya benar benar berserah...
Pasrah,...
Menangis...
Berseru...
'Ya Tuhan... Tolong kami.... Ampuni kami....'

Sungguh kami sangat percaya diri, menjalankan bahtera kami, tapi tidak memegang kemudi. Pertama berlayar, memang laut tenang...kemudian mulai...satu persatu masalah keuangan menghantam kami...
Sampai kami merasa tidak tahu lagi apa yang harus dikerjakan.

Tapi sungguh... Saat kami angkat tangan, Tuhan turun tangan. Burung pipit di udara saja Dia pelihara, masak kami anakNya dibiarkanNya terlantar? Memang Tuhan mengijinkan segala sesuatu terjadi, untuk membuat kita lebih dewasa.

Dari situlah, kami berusaha.. Kami mencoba segala cara, apapun yang bisa kami usahakan jadi uang, akan kami usahakan.
Mulai dari untung sesedikit mungkin, tetap kami kerjakan.
Ya, segala sesuatu memang dimulai dari hal kecil :)
Asal kita mau... Ya, asal kita mau berusaha saja, Tuhan pasti buka jalan.
Kami memulai awal 'karir' kami sebagai penjual boneka secara online. Hidup kami di depan komputer, jualan dan transaksi semua dilakukan di depan komputer. Dan ajaib!!! Tuhan buka jalan...kami mulai berpenghasilan, kami memulai bisnis kecil kami dengan sukacita dan bisnis kami menghasilkan! Yiayyy !!!!!
Saya kesampingkan bisnis Event organizer dan wedding invitation kami, karena dalam hal ini tidak dapat diandalkan untuk penghasilan sehari hari, waktu itu. Dalam 1 bulan paling cuman dapat 1 klien, pada waktu itu.

Suamiku dituntut oleh orangtuanya untuk bekerja ikut orang karena berpenghasilan pasti.
Tidak!!! Kataku, karena sebelum menikah aku sudah membahas masalah ini dan aku berprinsip bahwa kami menikah, cari uang sama-sama. Aku paling tidak suka kalau kerja sendiri sendiri, karena kalau sudah capek dan pusing di kerjaannya, pasti hawa itu terbawa ke rumah, dan pasti sangat sulit menyatukan pikiran untuk pemecahan masalah kerjaan karena kami berkutat di bidang yang berbeda.
Akhirnya kami sepakat, apapun yang terjadi, berkerja harus bersama sama. Saling membangun, saling membantu, dan saling menopang.
Sekali lagi...ini adalah prinsipku. Tidak dapat disama ratakan dengan kondisi semua orang.
Karena aku orang yang termasuk nekat, dan aku selalu berpikiran dua lebih kuat daripada satu.

Cercaan demi cercaan datang silih berganti, tapi kami tutup kuping. Bagiku asal berdua saja cukup!
Kami tetap tekun menjalani jualan kami yang beruntung sedikit. Barang bekas kusulap jadi pajangan indah, baik dari clay, atau apapun juga yang bisa dijual dan bernilai estetik.
Sungguh aku sangat bersyukur atas tiga hal dalam hidupku:
1. Aku bersyukur memiliki mami yang sangat menghormati privacy kami berdua. Memang kami tinggal di rumahku karena mamiku single parent, dan aku anak perempuan satu satunya, walaupun kami sendiri sedang menyicil rumah di daerah menganti. Tapi dalam kehadiran kami, sungguh privasi kami berdua sungguh dijunjung tinggi

2. Aku bersyukur memiliki suami yang sangat hebat! Tidak gengsi, mau kerja apapun juga dan hebatnya dia super teliti. Malah suamiku yang mengerjakan bagian finishing dalam pengerjaan pemesanan undangan.

3. Aku bersyukur atas talenta yang Tuhan bri. Sungguh melimpah nikmat yang dikaruniakanNya bagiku. Dan dari talenta talenta yang Tuhan bri bagiku inilah, aku mendulang emas.

Ya! Akhirnya, kami sungguh sangat menyadari kesalahan kami berdua. Kami mengendalikan bahtera kami tanpa kemudi. Tapi setelah Tuhan ambil alih, sungguh perubahan drastis kami rasakan! Pintu pintu berkat dibukakanNya bagiku, sumur demi sumur dibuka, ...
Hal yang utama dan mutlak! Serahkanlah hidupMu pada Tuhan, biar Dia yang menyetir karena selalu baik adanya.

Thank you Lord...atas kasihMu yang tidak berkesudahan bagiku.
-amen-

2 comments:

  1. Hi Kak, saya suka sekali dengan artikel kakak ini. Selain memberi semangat, artikel ini juga memberi nasehat agar jangan putus asa di saat semuanya keliatan seperti buntu. Terima kasih. Looking forward for your next posting ^^

    ReplyDelete
  2. thank you ^^
    pasti diupload, biar bsia menjadi berkat :) thanks
    ur comment means supports for me ...
    GBU grace

    ReplyDelete